FATIMAH AZ-ZAHRA, PUTRI KESAYANGAN RASULULLAH SAW

Assalamu'alaikum,

Dari Ibnu Abbas, ia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membuat empat garis di atas tanah, kemudian bersabda: “Tahukah kalian apa ini?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Penghuni surga yang paling utama dari kalangan wanita adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad dan Asiyah binti Muzahim istri fir'aun, serta Maryam putri Imran semoga Allah meridhai mereka semuanya."

Dan tulisan ini akan mengkhususkan pada shiroh Fatimah binti Muhammad SAW. Sebagai salah satu wanita paling utama, pasti ada banyak pelajaran yang bisa diambil darinya. Apalagi Fatimah adalah putri Nabi Muhammad SAW, yang mendapatkan pendidikan dan pengajaran langung dari sang pemegang risalah.

Masa Kecil dan Remaja Fatimah
Fatimah adalah putri bungsu Rasulullah SAW bersama Sayyidati Khadijah RA. Ia lahir di Makkah lima tahun sebelum Kerasulan. Yaitu pada tahun yang sama ketika Muhammad mendapat kepercayaan dari orang-orang Quraisy untuk membuat keputusan bagi mereka, terkait dengan perselisihan peletakan hajar aswad.

Ketika usia Fatimah 5 tahun, Muhammad mulai diutus oleh Allah untuk menyebarkan dakwah di Makkah. Kita tahu bagaimana awal dakwah Rasulullah dahulu. Berbagai ancaman, gangguan, hingga pemboikotan dialami oleh Rasulullah dan pengikutnya. Jadi, Fatimah tumbuh bersama dengan perjuangan ayah dan ibunya dalam menyebarkan dienul Islam. Ia menyaksikan sendiri bagaimana orang-orang kafir Quraisy mengganggu ayahnya.

Pernah suatu hari di masa kecilnya, Fatimah menyaksikan orang-orang kafir Quraisy meletakkan kotoran unta di punggung ayahnya ketika Rasulullah sholat di dekat Ka’bah. Menyaksikan itu Fatimah menangis sambil membersihkan punggung ayahnya.

“Apa yang mereka lakukan padamu?” kata Fatimah sambil terus menangis di sisi Rasulullah, hingga beliau menyelesaikan sholatnya.

Dan peristiwa itu bukan satu-satunya yang disaksikan oleh Fatimah. Demikian dahsyatnya makar yang sering dilakukan oleh orang kafir Quraisy terhadap Rasulullah, sehingga Fatimah sampai berharap suatu saat ketika ia dewasa, bisa menebus nyawa demi membela Rasulullah.

Di tahun kesepuluh dari kenabian, terjadi peristiwa paling berat yang disaksikan oleh Fatimah RA. Yaitu ketika terjadi pemboikotan yang dilakukan oleh kafir Quraisy kepada keluarga Bani Hasyim. Akibat pemboikotan tersebut, keluarga Rasulullah sampai menderita kelaparan karena tidak bisa membeli makanan. Akibat orang-orang Quraisy dilarang bertransaksi jual beli dengan keluarga Bani Hasyim. Di tahun itu pula, ibunda tercinta, Khadijah binti Khuwailid meninggal dunia.

Sepeninggal ibunda, Fatimah merasa bertanggung jawab untuk menggantikan tugas-tugas ibundanya dalam mendampingi Rasulullah dalam berdakwah. Karena sedemikian sayang Fatimah dalam merawat dan membela Rasulullah, hingga para sahabat memanggilnya, “Ummu Abiha” atau ibu bagi ayahnya.

Hubungan Ayah dan Anak
Kedekatan Fatimah dengan Rasulullah SAW di ceritakan oleh Aisyah dalam beberapa riwayat.

Aisyah RA pernah ditanya, “Siapakah wanita yang paling dicintai Rasulullah SAW?” Aisyah menjawab, “Fatimah.” Sedangkan kerika ditanya lagi, “Dari lelaki siapa yang paling dicintai rasulullah SAW?” Aisyah menjawab, “Suaminya Fatimah, yang aku ketahui ia ahli puasa (shawwaman) dan ahli qiyamul lail (qawwaman).”

Dalam riwayat yang lain, Aisyah RA berkata, “Rasulullah SAW jika melihat Fatimah datang, beliau menyambutnya dan berdiri menuju Fatimah dan menciumnya kemudian menggandeng tangannya, hingga beliau mendudukkannya pada tempat beliau.”

Aisyah RA melanjutkan, “Adapun Fatimah, jika Rasulullah SAW mendatanginya, ia segera menyambut beliau dan berdiri lalu mencium beliau. Dialah yang masuk ke kamar Rasulullah SAW pada saat beliau sakit sebelum wafat. Beliau menyambut dan mencium Fatimah. Kemudian beliau membisikkan sesuatu padanya dan membuat Fatimah menangis, kemudian membisikkan sesuatu lagi padanya dan Fatimah tersenyum.”

Namun, meski sedemikian sayangnya Rasulullah SAW kepada Fatimah, tidak membuat Rasulullah sungkan untuk menegur ketika Fatimah melakukan kelalaian.

Seperti ketika Rasulullah mendapati Fatimah mengenakan sebuah kalung emas yang didapatnya dari sang suami, Ali bin Abi Thalib. Rasulullah yang biasanya duduk dahulu ketika berkunjung ke rumah Fatimah, saat itu bersabda, “Wahai Fatimah, apakah engkau senang jika orang-orang berkata, ‘Inilah Fatimah binti Muhammad’, sedangkan di tangannya terdapat kalung dari neraka?”, lalu beliau pergi meninggalkan rumah Fatimah tanpa duduk terlebih dahulu.

Mengerti akan maksud Rasulullah, saat itu Fatimah langsung menjual kalung tersebut. Hasil penjualan kalung itu, ia belikan budak dan membebaskan budak tersebut. Ketika sampai kabar tersebut kepada Rasulullah, beliau berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan Fatimah dari api neraka.”

Demikianlah Rasulullah yang tidak menginginkan keluarganya hidup seperti kebanyakan manusia yang menyibukkan diri dengan dunia dan mengabaikan akhirat. Rasulullah berharap Fatimah fokus pada Allah dan hari akhir.

Pernikahan
Fatimah tumbuh menjadi gadis cantik dan berakhlak mulia. Ia seorang yang taat pada Allah dan orang tua, serta bersifat lembut dan pemalu. Karena itu, tak heran jika banyak yang berkeinginan melamar Fatimah untuk menjadi istri. Tetapi karena beliau adalah putri Rasulullah, banyak yang menahan diri.

Saat itu usianya sekitar 18 tahun. Ketika dua orang sahabat mulia, yaitu Abu Bakar as-Shidiq dan Umar bin Khattab melamar Fatimah RA. Tetapi Rasulullah menolak lamaran kedua sahabat mulia tersebut dengan halus. Sebagaimana orang tua lain, pastilah Rasulullah juga menginginkan pendamping terbaik untuk putri kesayangannya.

Dan laki-laki baik itu adalah Ali bin Abi Tahlib. Seorang pemuda sholih nan sederhana, yang masih sepupu Rasulullah. Ali bin Abi Thalib RA sebenarnya telah lama berkeinginan memperistri Fatimah. Tetapi beliau tidak mempunya keberanian karena merasa tidak punya sesuatu yang digunakan untuk melamar Fatimah. Hingga suatu hari budak perempuannya mengatakan, “Apakah kamu tahu bahwa Fatimah dilamar orang?” dan orang tersebut tersebut terus membujuk Ali agar bertemu Rasulullah dan melamar Fatimah. Karena yakin, bahwa Rasulullah akan menerima Ali.

Akhirnya Alipun menghadap Rasulullah. Tetapi ketika berada di hadapan Rasulullah, lidah Ali kelu dan terdiam seribu bahasa. Hingga Rasulullah yang memulai pembicaraan, “Agaknya kamu datang untuk meminang Fatimah.” Dan Alipun berkata, “Ya.”

Rasulullah SAW bertanya, “Apakah kamu memiliki sesuatu untuk diberikan pada Fatimah?” Ali menjawab, “Tidak, demi Allah wahai Rasulullah.”

Rasul bertanya lagi, “Apa yang kamu lakukan dengan baju besi yang aku berikan padamu?” Aku nikahkan kamu dengan Fatimah, maka kirimkanlah barang itu pada Fatimah dan pakaikan itu padanya, itulah mahar Fatimah binti Rasulullah.”

Masya Allah. Demikian pilihan Rasulullah untuk putri tercintanya. Bukan seorang yang berlimpah harta benda, tetapi pemuda sholih yang menjadi pembela Rasulullah. Yang bersedia menggantikan Rasulullah di tempat tidurnya ketika malam keberangkatan hijrah ke Madinah. Pemuda yang tak memiliki apa-apa. Yang hanya memiliki baju besi yang harganya tak sampai 4 dirham itu.

Kehidupan Rumah Tangga
Sebagai seorang putri pemuka agama dan pemimpin negara, apakah Fatimah mendapatkan fasilitas yang melebihi orang lain? Apalagi semua tahu bahwa Fatimah adalah putri kesayangan.

Fatimah dan Ali bin Abi Thalib nyatanya hidup dalam kesederhanaan. Fatimah mengerjakan sendiri semua tugas rumah tangganya, karena ia tak memiliki pembantu. Ia sendiri yang menarik penggiling beras hingga membekas di tangannya. Ia sendiri yang mengambil air dengan tempat air hingga membekas di pundaknya. Ia sendiri yang memasak dan menyapu, hingga pakaiannya kotor oleh asap dan jelaga. Sampai-sampai sang suami, Ali bin Abi Thalib tidak tega dan meminta Fastimah datang kepada Rasulullah untuk meminta seorang pembantu dari tawanan perang yang baru saja datang.

Fatimahpun mengiyakan. Tetapi ketika sudah berada di hadapan Rasulullah, Fatimah malu untuk mengatakan keinginannya. Hingga akhirnya Ali sendiri yang mengatakan kepada Rasulullah tentang keadaan Fatimah.

Saat itu Rasulullah SAW bersabda, “Bertakwalah kepada Allah, wahai Fatimah. Kerjakanlah kewajiban fardlu Rabbmu, dan kerjakanlah pekerjaan rumah tanggamu. Jika engkau hendak tidur, bertasbihlah tiga puluh tiga kali, bertahmidlah tiga puluh tiga kali, dan bertakbirlah tiga puluh empat kali. Itu semua seratus kali lebih baik dari seorang pembantu.”

Fatimahpun berkata, “Aku ridha kepada Allah dan Rasulnya.” Dan Rasulullahpun tidak memberinya pembantu.

Akhir Hidup
Setelah beberapa waktu Rasulullah wafat, Aisyah teringat peristiwa ketika Rasulullah sakit dan berbisik kepada Fatimah, hingga membuat Fatimah menangis dan tertawa. Saat itu Fatimah tidak bersedia menjawab kenapa Fatimah menangis kemudian tertawa.

Tetapi setelah kepergian Rasulullah, akhirnya Fatimah bersedia menjawabnya. Fatimah berkata, “Pada saat itu beliau membisikiku yang pertama, beliau mengatakan bahwa biasanya Jibril memeriksa bacaan Al-Qur’an sekali dalam satu tahun. Akan tetapi sekarang Jibril memeriksa bacaannya dua kali dalam satu tahun. Karena itu beliau merasa ajalnya sudah dekat. Beliau berpesan agar aku takut kepada Allah dan bersabar, sesungguhnya beliau adalah sebaik-baik penghulu bagiku. Maka akupun menangis seperti yang engkau lihat.”

Fatimah melanjutkan, “Tatkala beliau melihatku bersedih, beliau membisikiku untuk kedua kalinya. Beliau bersabda, ‘Wahai Fatimah, relakah engkau menjadi ratu bagi para wanita penghuni surga? Dan engkau adalah anggota keluargaku yang paling cepat menyusulku.’ Mendengar kabar tersebut, maka akupun tertawa.”

Akhirnya Fatimah benar-benar menjadi anggota keluarga Rasulullah yang pertama menyusul Rasulullah. Yaitu sekitar enam bulan sejak kepergian Rasulullah. Saat itu, malam selasa tanggal 3 Ramadhan tahun 11 Hijriyah, Fatimah wafat ketika usianya 27 atau 29 tahun.

Wassalamu'alaikum
Ummi 


Daftar Pustaka
Hawwa, Said. 2003. Ar-Rasul. Jakarta: Gema Insani.
Pramono, M.Pd.I, Teguh. 2015. 100 Muslim Paling Berpengaruh dan Terhebat Sepanjang Sejarah. Yogyakarta: DIVA Press.
Asmayani, Nurul. 2015. 45 Bidadari Surga. Jakarta: Al-Kautsar Kids


FATIMAH AZ-ZAHRA, PUTRI KESAYANGAN RASULULLAH SAW FATIMAH AZ-ZAHRA, PUTRI KESAYANGAN RASULULLAH SAW Reviewed by Ummi Nadliroh on January 27, 2018 Rating: 5

No comments:

Terima kasih telah memberikan komentar di blog saya. Mohon untuk memberi komentar dengan kata yang santun. Terima kasih. :)

Powered by Blogger.