Almarhumah Ibu Saat Sehat |
Seorang ibu pastilah mempunyai satu
tempat istimewa di hati anaknya. Begitupun aku. Didikan ibulah yang
menginspirasiku ketika aku mempunyai anak yang sifatnya hampir sama denganku di
masa kecil, yaitu pemalu dan penakut.
Aku dimasa kecil adalah anak paling
pemalu dan penakut. Bayangkan saja, di kelas 1 SD saat diminta guru untuk
mengerjakan soal di papan tulis atau ketika menyanyi di depan kelas ketika
pelajaran kesenian, aku akan menggandeng seorang teman yang bernama Lina untuk
ikut ke depan menemaniku. Akupun akan memegang tangan Lina erat sambil
bernyanyi sangat pelan di depan kelas. Aku memang harus berterima kasih
padanya. Tanpa Lina, entah bagaimana aku melewati masa kanak-kanakku. Bermainpun
aku selalu ditemani olehnya. Sampai-sampai ketika aku kelas 3 SD, saat ibu
memasukkanku ke madrasah diniyyah di sore hari, ibu meminta Lina secara khusus
kepada simbahnya (Lina diasuh oleh simbahnya) untuk menemani aku sekolah
diniyyah. Tentu saja ibu yang membayar biaya sekolahnya. Itulah yang dilakukan
ibu, agar aku yang pemalu dan penakut tetap bisa belajar agama.
Tentu bukan hanya itu yang dilakukan
ibuku. Kalau anak2 lain seringkala dilarang terlalu banyak bermain oleh orang tuanya,
ibu justru mendorong aku untuk bermain dengan teman-temanku. Beruntung pada
waktu itu (tahun 80-an sampai awal 90-an) keadaan tidaklah serawan sekarang.
Orangtua tidak khawatir, meski anaknya seharian bermain di luar. Aku biasanya bermain
di sawah, di tambak atau di rumah teman-temanku.
Ketika aku kelas 5 SD, ibu mulai
menyuruhku menjadi pembawa acara di acara2 kecil, misalnya acara berjanjenan.
Di desa kami, tiap malam jum’at memang ada pembacaan Sholawat Nabi atau
istilahnya berjanjen (bacaan sholawat dari kitab al-barzanji). Meskipun untuk
menjadi pembawa acara aku masih membawa catatan, alhamdulillah hal ini mulai
menumbuhkan rasa beraniku. Selalu grogi ketika memulai, tapi lama-lama tidak
lagi.
Selain itu, tiap kali aku diikutkan
lomba oleh sekolah, ibu juga selalu memotivasi aku. Bukan untuk menang, tapi
untuk menjadi berani. Karena pernah aku mengikuti lomba cerdas cermat, aku
cerita pada ibu kalau sebenarnya aku bisa menjawab tapi aku terlalu takut untu
memencet bel. Karena itulah ibu selalu memotivasiku untuk mengatasi rasa
takutku. Mungkin karena ibuku seorang guru, makanya ibuku memahami benar bahwa proses itu lebih penting daripada hasil.
Tentu masih banyak proses lain yang aku
lalui dengan bantuan ibu. Tapi itu adalah sebagian hal yang selalu memberikan
aku semangat tiap kali menghadapi anak pertamaku yang hampir sama pemalu dan
penakutnya sepertiku. Aku dulu juga lebih sulit dari anakku itu kok....... tapi
ternyata ibu bisa mendidik aku menjadi seperti sekarang (memangnya sekarang
seperti apa? He....)
Sebenarnya sampai saat inipun aku
bukanlah seorang pemberani. Aku masih sering menjadi penakut. Namun, ibuku
telah mengajarkan aku untuk mengatasi rasa takut itu. Bahwa rasa takut itu
sebenarnya timbulnya karena perasaan-perasaan dari dalam diri. Perasaan takut
salah, perasaan takut kalau ditertawakan orang lain, perasaan bahwa kita tidak
bisa, dan perasaan-perasaan takut yang lain. Perasaan-perasaan itulah yang
harus diatasi. Biasanya rasa takut terjadi ketika kita melangkah untuk pertama
kali. Jika kita mampu menaklukkan ketakutan itu pada langkah pertama, untuk
langkah selanjutnya insya Allah akan menjadi lebih mudah. Begitulah ibuku
menginspirasiku.
IBUKU, INSPIRASIKU
Reviewed by Ummi Nadliroh
on
Desember 20, 2013
Rating:
Tidak ada komentar:
Terima kasih telah memberikan komentar di blog saya. Mohon untuk memberi komentar dengan kata yang santun. Terima kasih. :)