Aku mulai bekerja di Bappeda di sebuah Kabupaten sejak tahun 2006 melalui Tes
Penerimaan Tes CPNS Murni/Bukan Honor. Hingga akhirnya aku pindah kantor
di awal tahun ini, berarti 7 tahun aku bekerja disana. Dan selama 7
tahun bekerja di Bappeda, entah ini kebetulan atau bukan, aku selalu
mempunyai atasan langsung perempuan. Mereka itu aku
menyebutnya................ Ibu Rapi, Ibu Cantik dan Modis, Ibu Cerdas
dan Mandiri, dan yang terakhir..... Ibu Insinyur. He.... Ini hanya
sebutanku untuk mereka, tentunya mereka punya nama-nama. Tapi tidak
usahlah disebutkan disini. Dari 4 perempuan ini, tentu aku belajar
banyak hal. Mereka masing-masing punya style yang berbeda, tetapi dari
perbedaan-perbedaan itu, aku jadi belajar, dan merangkumnya untuk
bekalku. Bukan hanya bekal dalam bekerja, tapi juga menjadi "ibroh"
menjalani hidup.
1. Ibu Rapi.
Ini atasan langsungku
yang pertama, saat aku baru diterima CPNS. Beliau ini rapi sekali. Mulai
dari caranya berpakaian, hingga caranya memperlakukan file-file kami.
Orangnya juga halus, tetapi jangan salah...... kalau ada sesuatu yang
tidak berkenan di hatinya, ia bisa bertindak tegas juga.
Ia rapi
sekali menyimpan file-file satu kegiatan dan kegiatan lain secara berurutan.
Surat masuk, arsip surat keluar, SK-SK, hasil rapat, dan lain
sebagainya, ia susun sangat rapi, berurutan menurut tanggalnya. Satu
kegiatan dan kegiatan lain, tak ada yang tercampur-campur. Semua disusun dalam
snelhecter yang berbeda dan rapi.
Dari sisi pekerjaan, beliau
memberi kebebasan padaku saat memberi tugas. Terserah aku mau bagaimana,
tapi setelah selesai, beliau akan meneliti hasil pekerjaanku, lalu
mengoreksi bila ada kesalahan. Aku bekerja dengan beliau sekitar satu
tahunan. Dengan kerapiannya, beliau ini yang memberikan dasar-dasar
pengarsipan padaku.
2. Ibu Cantik dan Modis.
Ha....
yang kedua ini beda lagi. Ibu yang ini selalu terlihat cantik dan modis.
Ia selalu terlihat memperhatikan penampilan. Ia juga baik padaku.
He..... Beberapa kali aku numpang mobilnya kalau pas tidak bawa motor ke
kantor. Aku bekerja dengan beliau tidak lama. Mungkin sekitar 4
bulanan, karena setelah itu beliau dimutasi.
Mungkin karena
penampilannya, ia dianggap "tidak bisa bekerja" oleh beberapa orang.
Jadi, ketika ada tugas yang diberikan padanya, beliau merasa senang.
Karena itu berarti masih ada orang yang percaya bahwa beliau "bisa
bekerja". Beberapa orang pernah menyudutkannya, tapi ia cuek saja. Ia
mengatakan, "Gusti Allah mboten sare". Dan bekerja itu, aku rasa memang
soal kepercayaan juga. Setelah dimutasi, ia dipercaya "bisa bekerja" dan
bisa lebih berkembang ditempat yang baru. Sekarang, ia sudah menduduki
Jabatan Eselon III di sebuah Dinas.
3. Ibu Cerdas dan Mandiri.
Aku
sungguh mengagumi kecerdasan dan kemandirian beliau. Beliau seorang
janda dengan 2 orang anak, laki-laki dan perempuan. Menghidupi 2 anak
sendiri, dari anak-anak itu masih sangat kecil. Meski pontang-panting,
beliau selalu berusaha memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Bersyukur,
anak-anaknya adalah anak-anak yang berprestasi. Aku selalu terharu kalau
mengingat beliau, karena teringat perjuangannya. Anak-anaknya kini
sudah kuliah di Perguruan Tinggi Favorit. Meski perjuangannya belum
usai, setidaknya hasil dari perjuangannya selama ini sedikit-sedikit mulai
terlihat.
Ia hidup bersama ibunya. Di depan rumahnya berdiri
sebuah Musholla yang ia kelola bersama ibu dan adiknya. Ia juga menjamu
orang-orang ketika ada pengajian di Mushollanya. Entahlah, mungkin hal-hal
baik inilah yang membuat Allah selalu menolong beliau.
Dalam hal
pekerjaan, aku harus mengakui beliaulah yang tercerdas diantara
atasan-atasanku. Cepat sekali ia menyikapi sebuah permasalahan. Ia juga
pembimbing yang baik. Sejujurnya, aku mulai belajar "bekerja lebih baik"
sejak bersama beliau. Tentang tata naskah yang baik, tentang membuat
konsep suatu kegiatan, ah..... tentang banyak hal. Bahkan sebenarnya aku
bukan hanya belajar tentang "bekerja" tetapi juga tentang "hidup" pada
beliau.
Aku bekerja dengan beliau kurang lebih selama 1,5 tahun. Tapi itulah 1,5 tahun yang memberikan banyak pelajaran padaku.
4. Ibu Insinyur.
Sebagai
atasan langsungku, aku bersama Ibu Insinyur ini selama kurang lebih 4
tahun. Tetapi sebenarnya, sebelumnya aku sudah bekerja dengan beliau
dalam hal pengadaan barang jasa selama sekitar 2 tahunan. Beliau ini
orang yang disiplin dan sistematis. Apa yang dikerjakannya sudah
terprogram dengan baik. Pada malam hari sebelum bekerja, beliau sudah
mencatat apa yang harus dikerjakannya besok. Beliau juga memberi urutan
prioritas pada catatan-catatan itu. Pekerjaan ini penting dan mendesak, yang
itu penting tapi tidak mendesak, yang lainnya bisa ditunda dan lain
sebagainya. Mungkin teori-teori seperti itu, sudah sering kita dapatkan. Tapi
untuk benar-benar mengaplikasikannya, untuk orang-orang yang aku kenal, aku rasa
baru Bu Insinyur ini yang melakukannya. Beliau ini orang yang tekun dan
teliti. Dan lagi, kau harus bekerja sesuai aturan bila bersama beliau.
Ia tidak menoleransi orang yang tak mengikuti aturan. Karena itu banyak
yang bilang beliau itu galak. Untuk aku yang sudah lama bersamanya, aku
rasa beliau itu tidak galak. Tetapi hanya ingin orang-orang mengikuti aturan.
Dan aku rasa, kalau semua PNS seperti Bu Insinyur ini, tak akan
ada lagi orang yang protes gara-gara ada PNS yang kerjanya "sak karepe
dewe".
Beliau berempat tentu saja telah memberi warna pada
diriku. Tentu ada pengaruh beliau-beliau itu dalam caraku bekerja ataupun
bersikap. Ini bukan tentang membandingkan satu persatu dari mereka.
Tetapi ini adalah tentang aku. Tanpa bimbingan dan pelajaran mereka saat
itu, mungkin aku bukanlah aku sekarang ini.
PEREMPUAN-PEREMPUAN ITU, ATASANKU
Reviewed by Ummi Nadliroh
on
Mei 09, 2013
Rating:
Tidak ada komentar:
Terima kasih telah memberikan komentar di blog saya. Mohon untuk memberi komentar dengan kata yang santun. Terima kasih. :)