Kecamatan Dukuhseti
adalah 1 (satu) dari 21 (dua puluh satu) kecamatan yang ada di Kabupaten Pati. Kecamatan
dengan luas wilayah 8.159 Ha ini berbatasan dengan Kabupaten Jepara di sebelah
utara, sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah selatan berbatasan
dengan Kecamatan Tayu, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cluwak.
Di Kecamatan Dukuhseti
terdapat 12 (dua belas) desa, yaitu: Desa Wedusan, Puncel, Tegalombo, Kembang,
Dukuhseti, Banyutowo, Alasdowo, Ngagel, Grogolan, Dumpil, Kenanti dan Bakalan,
yang semuanya diklasifikasikan sebagai desa swasembada.
Dan saya beruntung
karena di tugas pertama saya sebagai bagian dari Pemberdayaan Masyarakat Desa, saya mendapatkan kecamatan dengan jumlah desa yang tidak banyak. Dan
kebetulan jarak antar desanya juga tidak berjauhan, jadi cukup memudahkan saat berkunjung ke desa-desa tersebut.
HAL-HAL MENARIK DI
KECAMATAN DUKUHSETI
Selama satu tahun
saya bertugas di Kecamatan Dukuhseti, ada beberapa hal
menarik yang saya temukan. Mungkin hal menarik ini bisa dikatakan sebagai
potensi Kecamatan Dukuhseti. Dan bisa jadi hal menarik ini, bisa dikembangkan
di kemudian hari. Apakah hal-hal menarik dalam pengamatan saya itu? Check it
out.......
1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Ada 3 (tiga) TPI di
Kecamatan Dukuhseti, yaitu TPI Banyutowo, TPI Puncel dan TPI Alasdowo. Tetapi
TPI Banyutowo merupakan TPI dengan produksi ikan segar terbesar tiap tahunnya
di Kecamatan Dukuhseti. Pada tahun 2012, produksi ikan laut segar di TPI
Banyutowo mencapai 662.951 kg atau Rp.3.984.701.000,- (Tiga milyar sembilan ratus
delapan puluh empat juta tujuh ratus satu ribu rupiah). Masih jauh sebenarnya
jika dibandingkan dengan produksi ikan segar di TPI Bajomulyo II Juwana
(34.284.379 kg atau Rp. 189.264.745.000) dan TPI Bajomulyo I Juwana (12.442.020
kg atau Rp. 31.721.333.000). Tetapi, untuk skala Kabupaten Pati masih menempati
urutan ketiga.
Menariknya dari TPI
Banyutowo ini adalah, selain menjadi tempat pelelangan ikan, di TPI ini juga
ramai dikunjungi orang-orang di sekitar Desa Banyutowo yang ingin berwisata
murah. Lumayan untuk refreshing, sekedar melepas lelah sambil memandangi laut
lepas.
Dan saya
membayangkan, suatu saat di area TPI Banyutowo ini dibangun sebuah arena
bermain. Yah, semacam Wisata Bahari Lamongan (WBL). Belajar dari WBL yang dulunya
hanya berupa kawasan wisata Pantai Tanjung Kodok, yang ramainya hanya pada
musim liburan sekolah dan libur akhir pekan. Sekarang, hampir tiap hari tempat
ini ramai pengunjung. Dan ini berarti secara ekonomi juga memberi peluang
kepada penduduk di sekitarnya.
2. Kelapa Kopyor
Tingkat produksi
kelapa kopyor di Kecamatan Dukuhseti berdasarkan data Pati Dalam Angka Tahun
2013 adalah tertinggi di Kabupaten Pati, yaitu 287.318 butir/tahun. Sebagai
perbandingan, tertinggi kedua adalah Kecamatan Margoyoso dengan tingkat
produksi 225.680 butir/tahun. Dan tempat ketiga adalah Kecamatan Tayu 201.497
butir/tahun.
Bapak Teguh Suwito,
SH, MM, Camat Dukuhseti saat ini, pernah melontarkan gagasan untuk pengembangan
kelapa kopyor ini. Gagasan ini dilontarkan waktu ada kunjungan dari Litbang
Provinsi Jawa Tengah ke Dukuhseti, kaitannya dengan pengembangan kelapa kopyor.
Gagasan ini disampaikan karena ternyata cukup banyak daerah lain yang tertarik
untuk budidaya kelapa kopyor.
Waktu itu Pak Camat
menyampaikan harapannya, sebaiknya ada sebidang tanah milik pemerintah di
Kecamatan Dukuhseti yang digunakan khusus untuk pengelolaan kelapa kopyor ini.
Di sana ada sebuah tempat sebagai balai penelitian kopyor, ada sebidang tanah
untuk bibit kopyor, ada sebidang tanah lain untuk kopyor yang sudah tumbuh
besar dan siap panen, pokoknya yang serba kopyor. Jadi, suatu saat jika ada
penelitian atau studi banding dari daerah lain, dari pihak Kabupaten bisa
langsung membawa ke lokasi tersebut. Dan saya menambahkan dalam hati, “dan bisa
menjadi tempat wisata juga nantinya.” Haha.......
Saya pernah
mendengar juga bahwa kondisi tanah juga mempengaruhi rasa kelapa kopyor yang
ditanam. Katanya, kelapa kopyor di wilayah Kecamatan Dukuhseti yang paling
enak. Hehe...... Masih perlu penelitian sebenarnya. Dulu pernah juga ada yang
membawa bibit kopyor untuk ditanam di daerah lain. Ternyata rasanya tidak
segurih yang ada di Dukuhseti, daging kelapanya juga tidak setebal yang ada di
Dukuhseti. Apa ya kira-kira yang mempengaruhi? Itulah sebabnya balai penelitian
penting juga untuk mengetahui sebabnya. Maunya............
Dari 12 desa di
Kecamatan Dukuhseti, penghasil kelapa kopyor terbanyak adalah Desa Dukuhseti,
Desa Alasdowo dan Desa Ngagel.
3. Penjual Kain Kiloan
Namanya Desa Ngagel.
Di desa inilah terdapat beberapa penjual kain kiloan. Toko-toko itu berlokasi
dekat dengan pasar Ngagel. Pengunjungnya tiap hari sangat banyak, bahkan dari
luar Dukuhseti. Mereka memang sengaja hunting kain bagus dan murah. Selain
mencari untuk kepentingan pribadi, beberapa juga mencari kain untuk dijual
lagi. Beberapa kain di padupadankan, lalu dijual. Para penjahit juga tidak
ketinggalan mencarikan kain untuk pelanggannya disini.
Pernah saya mencari
kain juga, dan timbul niat iseng saya untuk menghitung banyaknya orang yang
berkunjung untuk mencari kain kiloan ini dalam salah satu toko terlaris. Ternyata cukup banyak, dalam setengah
jam kunjungan saya, bersama saya ada sekitar 15-an orang lain yang mencari
kain. Kalau menjelang lebaran, jumlah pengunjung bisa berkali-kali lipat.
TUNAS-TUNAS YANG
TUMBUH
Tunas apa ya yang
tumbuh? Begini ceritanya..........
Ada sebuah program pemberdayaan masyarakat desa dari pemerintah, yaitu Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd). Disanalah
tunas-tunas baru itu tumbuh.
Salah satu kegiatan
PNPM-MPd adalah pelatihan keterampilan yang harapannya bisa memberikan nilai
ekonomi bagi pesertanya. Di tahun 2013 lalu, ada beberapa pelatihan yang
dilaksanakan. Pertama yaitu pelatihan pembuatan batik, dilaksanakan di Desa
Wedusan, Tegalombo, Dukuhseti dan Bakalan. Kedua, pelatihan membuat tas.
Pelatihan ini dilaksanakan di Desa Alasdowo, Ngagel, Grogolan dan Dumpil.
Sedangkan Desa Banyutowo dan Desa Kenanti yang berlimpah ikannya, memilih
pelatihan pengolahan ikan. Masyarakat Desa Kembang memilih pelatihan membuat
songkok. Selain membatik, masyarakat desa Wedusan juga melaksanakan pelatihan
pembuatan tepung mocaf. Sangat pas karena di Desa Wedusan banyak terdapat
ladang ketela/singkong. Ada lagi Desa Bakalan yang juga melaksanakan pelatihan
bordir, selain membatik.
Peserta pelatihan
itu di masing-masing desa adalah 20 (dua puluh) orang dengan masa pelatihan 15
(lima belas) hari. Dari pelatihan tersebut, tentu saya berharap dapat
memberikan manfaat untuk pesertanya, dan nantinya memberikan tambahan
penghasilan untuk mereka. Dan tiba-tiba terlintas sesuatu di pikiran saya. Ting............
MIMPI UNTUK MASA
DEPAN
Judul macam apa itu?
He....... Ini tentang mimpi saya. Di masa depan Dukuhseti menjadi salah satu
kecamatan yang menjadi tujuan wisata. Ada paket wisata untuk mengunjungi TPI
Banyutowo, Wisata Kelapa Kopyor dan Wisata Belanja. Tiga tempat itu menjadi
satu paket dengan kereta wisata menjadi kendaraan penghubung antar tempatnya.
TPI Banyutowo yang
sudah disulap menjadi Wisata Bahari Banyutowo atau WBB (ngarang.com) adalah tujuan
pertama. Lalu menuju Balai Penelitian Kelapa Kopyor. Bisa belajar tentang
perkopyoran sambil menikmati es kelapa kopyor yang lezat. Terakhir........ mari
kita berbelanja........ Di Wisata Belanja, Anda bisa mencari kain kiloan yang
murah meriah, kerajinan batok kelapa, batik khas Dukuhseti dan tas hasil pelatihan juga sudah
berkembang saat itu. Wisata kulinernya? Berbagai olahan ikan sudah siap
disantap. Sayur mrico sembilang, sayur kunci dilengkapi ikan pe, blanak,
janjan, dan lain-lain.
Kalau ingin yang
bisa dibawa pulang? Ada otak-otak bandeng, nugget bandeng, bakso bandeng,
bandeng crispy, pokoknya serba bandeng. Olahan ikan lain juga banyak yang bisa dibawa pulang. Hm.......
Karena ini mimpi,
boleh-boleh saja kan pikiran saya mengelana kemana-mana?
PENUTUP
Tulisan diatas
adalah pemikiran liar saya. Sejujurnya, saya sendiri tidak tahu apakah impian
semacam itu bisa diwujudkan. Dalam musrenbang kecamatan awal tahun ini, yang dibicarakan
masyarakat masih tataran pembangunan jalan dan fisik lain yang bersifat lokal,
artinya mereka berbicara tentang lokasi yang mereka tinggali. Jadi, mimpi saya
untuk menjadi nyata memang masih harus menunggu waktu. Atau saya bangun saja? Tidak
usah bermimpi lagi. Haha.....
Bahan bacaan:
1. Kecamatan Dukuhseti dalam angka Tahun 2013
2. Pati Dalam Angka Tahun 2013.
KECAMATAN DUKUHSETI DALAM IMPIAN
Reviewed by Ummi Nadliroh
on
Juni 05, 2014
Rating:
trimakasih infonya...
BalasHapuscocok untuk destinasi wisata.. sukses selalu...
Terima kasih juga...
HapusKesuksesan berawal dari mimpi 👍
BalasHapusAku tak mimpi dulu, main ke sana nyruput es kopyornya...wow!
Ayo main sini. Belum pernah ke Pati to? :)
Hapus