MENGAKHIRI RAMADHAN BERSAMA KELUARGA BESAR


Rumah yang sekarang aku tinggali adalah rumah peninggalan orangtua. Sudah turun temurun, sejak masih berupa rumah dari papan kayu jati, hingga sekarang sudah berganti tembok, rumah yang aku tempati selalu menjadi rumah yang ramai. Mungkin sudah menjadi takdir rumah itu sejak belum direnovasi dulu, selalu ditinggali oleh anak tertua atau yang dituakan di keluarga. Sehingga rumah itu selalu menjadi tempat tujuan pulang untuk keluarga besar kami yang berdomisili di luar kota tiap Ramadhan menjelang Idul Fitri.

Aku ingat ketika simbahku masih hidup dulu, tiap akhir Ramadhan saudara-saudara yang berdomisili di luar kota mulai berdatangan dan menginap di rumah. Kebetulan, ibuku yang menempati rumah simbah dan membersamai simbah. Kamipun berusaha menjadi tuan rumah yang baik untuk saudara-saudara kami.

Om dan Bulek dari Kota Tegal biasanya datang terlebih dahulu. Seperti biasa mereka membawa oleh-oleh teh dari Tegal yang menjadi favorit keluarga kami. Kenapa harus membawa teh dari Tegal? Karena Om kami sudah terbiasa minum teh tersebut dan menurutnya tak ada yang seenak teh Tegal. Kami setuju saja, karena memang kenyataannya seperti itu. Lagipula di daerah kami tak ada yang menjual teh favorit Om kami itu. Akhirnya, sahur dan buka puasa kami bertambah hangat ditemani teh favorit dari Tegal itu.

Kemudian Pakdhe dan Budhe dari Blora datang, membawa bala tentara yang banyak. Hehe... Putra-putrinya memang paling banyak diantara saudara ibuku. Tambah ramailah rumah kami. Dan bagian rumah mana yang paling ramai? Haha... Ternyata, dapurlah yang paling ramai. Apa yang membuat ramai? Tentu acara memasaknya, terutama saat menyiapkan buka puasa.

Semua karena masing-masing keluarga punya selera yang berbeda. Om yang dari Tegal tidak suka masakan manis. Sedangkan kami kalau memasak pasti menggunakan gula sebagai pengganti penyedap rasa. Jadi, sebelum diberi gula, kami akan menyisihkan sayuran dan lauk lainnya terlebih dahulu. Setelah itu barulah gula pasir dimasukkan kedalam masakan. Lalu, Pakdhe dari Blora menyukai sambal yang banyak terasinya dan rasanya suka yang agak manis. Jadilah kami membuat beberapa macam sambal untuk memenuhi selera masing-masing tamu kami. Dapurpun menjadi heboh. Karena ibuku, bulek dan budhe, menyiapkan masakan yang menjadi selera keluarga masing-masing.

Eh tapi, meski selera masakan kami berbeda-beda, ternyata ada yang tak bisa ditolak semua saudara kami. Apakah itu? Jadi, sebagai tuan rumah yang baik, biasanya satu hari menjelang kedatangan saudara, ibu sudah belanja banyak keperluan dapur di pasar. Dan terfavorit adalah membeli udang windu yang ukurannya besar. Biasanya cukup digoreng dengan garam saja, semua orangpun sudah menyukainya. Tak ada yang menolak kelezatan udang windu yang digoreng. Di Tayu, tempat kami tinggal memang banyak tambak yang membudidayakan udang windu. Ditambah sambal terasi yang mantap rasa terasinya. Sempurnalah kelezatan udang windu tadi. Tentunya sambal terasinya disesuaikan dengan lidah masing-masing orang. :D

Setelah itu, menunggu waktu buka puasa juga tak kalah hebohnya. Ruangan di rumah akan disulap menjadi ruang makan semua. Maksudnya, semua tinggal memilih mau berbuka di ruangan mana saja. Di dapur yang langsung terhubung dengan ruang makan atau ruang tamu yang juga menjadi ruang keluarga. Biasanya para orangtua laki-laki akan makan di ruang makan. Ibu-ibu di dapur. Dan kami anak-anak memilih di ruang keluarga sambil menonton televisi.

Semoga menjadi rumah yang barokah

Seperti itulah keramaian di rumah kami tiap Ramadhan hampir berakhir ketika simbah masih hidup. Begitupun setelah simbah tiada, ibu masih melanjutkan tradisi "rumah yang selalu ramai". Kini, tongkat estafet itu berada di tanganku. Aku adalah anak tertua di keluargaku dan seperti pendahuluku, aku akan menjadi penjaga rumah yang menjadi tujuan pulang ini. Jika dulu ibu selalu menunggu kedatangan saudara-saudaranya, akupun sekarang menunggu adik-adikku beserta keluarganya untuk pulang ke rumah kami ini.

Sungguh, semoga Engkau memberikan ke-barokah-an untuk rumah kami ini Ya Allah...

Mau share tentang 'Ramadhan di Rumah' juga? Klik link ini...
MENGAKHIRI RAMADHAN BERSAMA KELUARGA BESAR MENGAKHIRI RAMADHAN BERSAMA KELUARGA BESAR Reviewed by Ummi Nadliroh on June 26, 2015 Rating: 5

6 comments:

  1. Kalau sudah ramadhan dan idul fitri pasti rumah rame ya.

    ReplyDelete
  2. Mbaak, Patinya mana? salam kenal nggih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tayu, Mbak... Orang Pati jg to Mbak? Atau punya saudara di Pati? Salam kenal jg.

      Delete
  3. Hiks jadi kangen rumah (homesick) -__-
    salam ukhuwah Ummi, dari Muti;ah di Gorontalo

    ReplyDelete

Terima kasih telah memberikan komentar di blog saya. Mohon untuk memberi komentar dengan kata yang santun. Terima kasih. :)

Powered by Blogger.