Pernahkah kalian berfikir akan hidup kalian? Yang kalian pikirkan, yang kalian lakukan, impian-impian kalian, atau apapun itu yang berkaitan dengan hidup kalian.
Yah... Mungkin saat sedang tidak melakukan apa-apa, sendirian pula, pernahkan berfikir, sebenarnya tentang apakah hidup ini?
Kalau aku, kadang aku memikirkannya. Ya... kadang. Karena setelah itu aku melupakannya lagi ketika sudah kembali pada aktifitas yang menyita waktu.
Kadang aku berfikir tentang kehidupan yang aku lalui. Aku hidup, aku bernafas. Aku melakukan hal-hal rutin setiap hari. Bangun tidur, beribadah, memasak, mengasuh anak, bekerja. Lalu pulang kerja kembali berkutat dengan pekerjaan rumah tangga. Hah... semua orang pun melakukannya. Rutinitas. Aku yang terus menerus melakukan ini. Dan orang lain juga yang terus menerus melakukan pekerjaan rutinnya.
Dengan semua rutinitas itu, lalu apa yang diharapkan dari hidup ini? Pekerjaan sukses, harta berlimpah, keluarga bahagia, ah... mungkin banyak lagi. Ingin ini, ingin itu, banyak sekali. #katadoraeman
Aku sering seperti itu. Mengejar sesuatu yang lebih sebagai pemuasan harga diri. Ini lho aku. Yang bisa ini dan punya itu. Kadangkala aku berhasil, meski pernah juga gagal. Tetapi yang pasti, aku pernah juga lelah. Entah berhasil atau gagal, aku pernah merasa sangat lelah.
Dan dalam kelelahan itulah hatiku bertanya, "sebenarnya apa sih yang aku lakukan?" Sebegitu ngoyo, sampai tak memperhatikan kanan kiri, depan belakang, atas bawah. Hanya mengejar yang ingin aku kejar, tanpa peduli ada yang seharusnya dipedulikan juga.
Kadang aku memperhatikan juga orang-orang yang melintas di depanku. Seorang tua yang setiap hari menjadi buruh cuci di beberapa rumah tetangga. Perempuan kuat yang "menjaga" enam anaknya sendiri, setelah kepergian suaminya. Lelaki pengayuh becak yang sudah menuju pasar sebelum subuh berkumandang. Lelaki dengan gangguan jiwa yang tiap hari mondar-mandir berjalan seperti tak punya lelah.
Aku yang seperti ini. Orang-orang yang seperti itu. Dan pasti banyak orang-orang lain lagi dengan kehidupannya sendiri-sendiri.
Lalu tiba-tiba seorang yang aku kenal dikabarkan meninggal. Fakta bahwa ada seseorang yang aku kenal meninggal, itu bukan hanya meninggalkan kesedihan tetapi juga "kegelisahan". Bahwa dia dulupun sama seperti kami, hidup sebelum ajal menjemputnya.
Jadi, ini hanyalah tentang pertanyaan yang biasa. Apakah hidup ini? Untuk apa aku hidup? Apakah ajal itu? Lalu, kapankah ajalku? Semua adalah pertanyaan biasa, sebiasa rutinitas yang aku lakukan setiap hari.
Hanya jawabannya... Entahlah.
Rasanya aku memang harus belajar lagi, kemudian mengaji lagi pada seseorang yang arif bijaksana. Agar aku bukan hanya tahu jawabannya, tetapi juga tahu apa yang harus aku lakukan setelah mengetahui jawaban.
Aku sering seperti itu. Mengejar sesuatu yang lebih sebagai pemuasan harga diri. Ini lho aku. Yang bisa ini dan punya itu. Kadangkala aku berhasil, meski pernah juga gagal. Tetapi yang pasti, aku pernah juga lelah. Entah berhasil atau gagal, aku pernah merasa sangat lelah.
Dan dalam kelelahan itulah hatiku bertanya, "sebenarnya apa sih yang aku lakukan?" Sebegitu ngoyo, sampai tak memperhatikan kanan kiri, depan belakang, atas bawah. Hanya mengejar yang ingin aku kejar, tanpa peduli ada yang seharusnya dipedulikan juga.
Kadang aku memperhatikan juga orang-orang yang melintas di depanku. Seorang tua yang setiap hari menjadi buruh cuci di beberapa rumah tetangga. Perempuan kuat yang "menjaga" enam anaknya sendiri, setelah kepergian suaminya. Lelaki pengayuh becak yang sudah menuju pasar sebelum subuh berkumandang. Lelaki dengan gangguan jiwa yang tiap hari mondar-mandir berjalan seperti tak punya lelah.
Aku yang seperti ini. Orang-orang yang seperti itu. Dan pasti banyak orang-orang lain lagi dengan kehidupannya sendiri-sendiri.
Lalu tiba-tiba seorang yang aku kenal dikabarkan meninggal. Fakta bahwa ada seseorang yang aku kenal meninggal, itu bukan hanya meninggalkan kesedihan tetapi juga "kegelisahan". Bahwa dia dulupun sama seperti kami, hidup sebelum ajal menjemputnya.
Jadi, ini hanyalah tentang pertanyaan yang biasa. Apakah hidup ini? Untuk apa aku hidup? Apakah ajal itu? Lalu, kapankah ajalku? Semua adalah pertanyaan biasa, sebiasa rutinitas yang aku lakukan setiap hari.
Hanya jawabannya... Entahlah.
Rasanya aku memang harus belajar lagi, kemudian mengaji lagi pada seseorang yang arif bijaksana. Agar aku bukan hanya tahu jawabannya, tetapi juga tahu apa yang harus aku lakukan setelah mengetahui jawaban.
HANYA PERTANYAAN BIASA
Reviewed by Ummi Nadliroh
on
Maret 07, 2016
Rating:
Pertanyaan yang udah ada di benakku sejak 10 tahun yang lalu. Tapi jawabannya pun tak kunjung ada.
BalasHapusSy kadang berfikirnya, sebenarnya secara teori sy tahu (dlm agama pasti ada). Tapi, untuk prakteknya, sy merasa butuh orang lain untuk mengingatkan.
HapusSetiap orang memang perlu instropeksi untuk menjadi lebih baik ya mbak Ummi. Dengan begitu kita akan selalu mengingat Allah dan bertambah iman :)
BalasHapusBetul, Mbak. :)
Hapus