MENIKAH, BERMASYARAKAT, DAN MENJADI DEWASA

Menyusuri jalan kedewasaan :)
Ketika belum menikah, biasanya banyak jomblo yang memimpikan tentang indahnya pernikahan. Memang kan, biasanya yang dibayangkan para jomblo adalah yang indah-indah. Masak berdua, makan berdua, jama'ah ke masjid berdua, ada yang mengantar ke tempat pengajian, pokoknya kemana-mana tidak sendiri lagi. Ehm...

Tidak salah sih, jika jomblo yang biasanya sendirian membayangkan keindahan ketika sudah berduaan. Tetapi... Harus diingat juga bahwa pernikahan itu bukan hanya tentang "kita berdua". Tetapi juga tentang "kita dan keluarga", bahkan "kita dan masyarakat".

Ya, tentang kita dan masyarakat. Tidak bermaksud mendramatisir lho ya...

Biasanya sebelum menikah, masyarakat seringkali belum menganggap kita sebagai seseorang. Ini secara umum ya... Ketika masih sendiri, kita masih dinisbatkan pada kebesaran orang tua kita.

Ketika berbuat sesuatu yang hebat misalnya, orang masih mengatakan, "Ooo pantes, anaknya Pak A sih."

Sebaliknya, perbuatan buruk yang kita lakukan, "Anaknya siapa sih..."

Ketika kita sudah menikah, apalagi sudah tidak berkumpul dengan orangtua, apalagi punya anak, kita akan semakin dilihat sebagai diri kita sendiri. Orang semakin jarang menyangkutpautkan kita dengan orang tua. Dan mulailah pelajaran kehidupan dimulai lagi.

Kita akan mulai menghadapi berbagai macam seluk beluk kehidupan bermasyarakat. Kita akan belajar banyak hal dalam hubungan bermasyarakat, yang tidak semuanya manis. Kadang ada asin, pahit, asam, bahkan pedas. 

Ada kalanya kita merasa bahagia ketika ada tetangga yang mengantar makanan untuk kita. Meski makanan itu tak seberapa, tapi pemberian yang penuh keikhlasan biasanya mendatangkan rasa syukur dan kegembiraan.

Kadang juga kita menjadi muram karena ada tetangga yang mengatai kita dengan kalimat tak mengenakkan. Hanya sebuah kalimat, tapi bisa membuat kita galau seharian. Bahkan berkepanjangan?

Dan permasalahan ketika berhubungan dengan banyak orangpun tak terhindarkan. Baik permasalahan itu melibatkan kita secara langsung atau tidak, kita kadang tidak bisa membiarkannya begitu saja. Karena mungkin saja kita juga akan ikut dimintai pendapat untuk menyelesaikan permasalahan. 

Saya masih ingat, dulu saat saya belum menikah, suatu malam rumah keluarga kami tiba-tiba didatangi oleh beberapa orang yang ingin menyelesaikan sebuah permasalahan. Saat itu ada sebuah rumah kontrakan di RT kami yang penghuninya sering mabuk dan membawa perempuan yang bukan mahromnya, hingga membuat warga merasa resah. Karena sudah terlalu sering, akhirnya ada warga yang menegur, sampai kemudian terjadi keributan. Setelah keributan itulah beberapa warga menemui orang tua kami.

Sebenarnya orang tua kami bukan perangkat desa atau pengurus RT atau jabatan lain di desa, tapi beliau berdua termasuk orang yang dituakan di lingkungan kami, sehingga sering dimintai pendapat. 

Alhamdulillah, setelah melalui berbagai proses, masalah itu akhirnya terselesaikan dengan relatif damai. 

Dari peristiwa itu, pelajaran yang saya ambil adalah, kadang kita memang harus mengambil tanggung jawab di masyarakat. Kita tidak bisa selamanya cuek dengan keadaan di sekitar kita, karena merasa itu bukan urusan kita. Apalagi jika masyarakat mempercayai kita. 

Dan ternyata setelah saya berkeluarga, saya semakin menyadari bahwa semakin lama kita menjadi bagian dari masyarakat, permasalahan itu bukannya semakin sedikit. Justru akan lebih banyak permasalahan yang kita hadapi. Tetapi kita sudah tertempa di permasalahan sebelumnya, sehingga kita menghadapi masalah baru dengan lebih matang.

Dan percayalah... Bertetangga, bermasyarakat, menjadi bagian dari komunitas sosial yang besar, kita akan menjadi semakin kaya pengalaman, kita akan semakin dewasa, dan akhirnya kita semakin arif dalam memandang sebuah persoalan. 

Memang ketika masih sendirianpun kita tidak luput dari permasalahan. Tetapi ketika sudah menikah dan menjadi bagian dari masyarakat (sebagai diri sendiri yang sudah terpisah dari kebesaran nama orang tua), permasalahan itu akan semakin kompleks. Nikmatilah prosesnya. Nikmati setiap pengalaman yang kita dapat. Meski pahit, meski getir, akan terasa indah dihadapi bersama pasangan sejati kita. 

Jadi, intinya... Menikah itu memang indah ya? Hihi...

Jadi, untuk para jomblo... Siapkah kamu menikah? :D
MENIKAH, BERMASYARAKAT, DAN MENJADI DEWASA MENIKAH, BERMASYARAKAT, DAN MENJADI DEWASA Reviewed by Ummi Nadliroh on Maret 31, 2016 Rating: 5

13 komentar:

  1. Yup benar sekali, setelah menikah kita harus bersosialisasi ya mbak Ummi, supaya rasa simpati dan empati kita teruji. Saya berusaha untuk selalu mengikuti setiap kegiatan yang diadakan di lingkungan tempat tinggal supaya terjalin tali silaturahim yang baik dengan tetangga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, Mbak mengikuti kegiatan di lingkungan memang bisa mengeratkan silaturahim dengan tetangga. Dan saya sedang berusaha untuk itu. :)

      Hapus
  2. Tak bisa dibayangkan hidup bertetangga tanpa bersosialisasi, mba. Nggak bisa minta garam atau cabe dungs :p

    BalasHapus
  3. Ada juga beberapa yg hanya sedikit kenalnya kanan dan kiri itu pun hanya say hallo hihi.. Mungkin saking sibuknya. Rumahnya bukan home tapi house ya ,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin di perkotaan seperti itu ya, Mbak. Kami di desa jarang yang begitu. Tapi sepertinya bibit menuju cuek2an sudah mulai ada. :(

      Hapus
  4. wah dapat ilmu bekal nikah nanti nih, mulai sekarang harus banyak banyak belajar bermasyarakat nih supaya kelak nanti pada saat menikah bisa menjadi pasangan yang bisa dikenal dan dihargai oleh masyarakat sekitar.

    BalasHapus
  5. Duh kayaknya saya tetangga paling juelex. Jarang bersosialisasi. Hiks.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak kan memang sibuk. Hehe... Ini lebih pengingat saya sendiri kok Mbak.

      Hapus
  6. Merasa diingatkan kalau hidup itu .... ya gitu deh :D Wwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hidup itu belajar
      Hidup itu indah
      Hidup itu untuk dinikmati
      Hihihi...

      Hapus
  7. masalah akan selalu "mewarnai" kehidupan
    menjadi lebih merona, menambah kematangan sebuah keluarga
    sabar, syukur ...

    sungguh Allah berikan "hikmah" di balik semua permasalahan

    menikah itu ibadah indah .. masya Allah pahalanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Mbak Lady.
      Smg kita bs menjalani pernikahan yg bernilai ibadah itu. :)

      Hapus

Terima kasih telah memberikan komentar di blog saya. Mohon untuk memberi komentar dengan kata yang santun. Terima kasih. :)

Diberdayakan oleh Blogger.